Popular Post

03 September 2009

BAHAGIA

John C. Maxwell suatu ketika pernah didapuk menjadi seorang pembicara di sebuah

seminar bersama istrinya. Ia dan istrinya, Margaret, diminta menjadi pembicara
pada beberapa sesi secara terpisah. Ketika Maxwell sedang menjadi pembicara,
istrinya selalu duduk di barisan terdepan dan mendengarkan seminar suaminya.
Sebaliknya, ketika Margaret sedang menjadi pembicara di salah satu sesi,
suaminya selalu menemaninya dari bangku paling depan.

Ceritanya,
suatu ketika sang istri, Margaret, sedang menjadi pembicara di salah satu sesi
seminar tentang kebahagiaan. Seperti biasa, Maxwell duduk di bangku paling
depan dan mendengarkan. Dan di akhir sesi, semua pengunjung bertepuk tangan.
Yang namanya seminar selalu ada interaksi dua arah dari peserta seminar juga
kan? (Kalau satu arah mah namanya khotbah.)

Di sesi tanya jawab itu, setelah beberapa pertanyaan, seorang ibu mengacungkan
tangannya untuk bertanya. Ketika diberikan kesempatan, pertanyaan ibu itu
seperti ini, "Miss Margaret, apakah suami Anda membuat Anda bahagia?"

Seluruh
ruangan langsung terdiam. Satu pertanyaan yang bagus. Dan semua peserta
penasaran menunggu jawaban Margaret. Margaret tampak berpikir beberapa saat dan
kemudian menjawab, "Tidak."

Seluruh ruangan langsung terkejut. "Tidak," katanya sekali lagi, "John
Maxwell tidak bisa membuatku bahagia." Seisi ruangan langsung menoleh ke
arah Maxwell. (Kebayang ga malunya Maxwell saat itu.) Dan Maxwell juga
menoleh-noleh mencari pintu keluar. Rasanya ingin cepat-cepat keluar. Malu ui!

Kemudian, lanjut Margaret, "John Maxwell adalah seorang suami yang sangat baik. Ia
tidak pernah berjudi, mabuk-mabukan, main serong. Ia setia, selalu memenuhi
kebutuhan saya, baik jasmani maupun rohani. Tapi, tetap dia tidak bisa
membuatku bahagia."

Tiba-tiba ada suara bertanya, "Mengapa?"

"Karena," jawabnya, "tidak ada seorang pun di dunia ini yang bertanggung jawab atas
kebahagiaanku selain diriku sendiri."

Dengan kata lain, maksud dari Margaret adalah, tidak ada orang lain yang bisa
membuatmu bahagia. Baik itu pasangan hidupmu, sahabatmu, uangmu, hobimu. Semua
itu tidak bisa membuatmu bahagia. Karena yang bisa membuat dirimu bahagia
adalah dirimu sendiri.

Kamu bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Kalau kamu sering merasa berkecukupan,
tidak pernah punya perasaan minder, selalu percaya diri, kamu tidak akan merasa
sedih. Sesungguhnya pola pikir kita yang menentukan apakah kita bahagia atau
tidak, bukan faktor luar.

Contohnya rasul Paulus. Ketika itu rasul Paulus sedang dihimpit oleh keadaan. Ia disiksa
dan dipenjara, ditolak kanan kiri. Tapi coba lihat surat-suratnya. Apakah
berisi keluh kesah? Justru sebaliknya! Sebagian besar surat-surat Paulus justru
berisikan motivasi, berita gembira dan inspirasi. Rasul Paulus bahagia.
Meskipun keadaan sekelilingnya mungkin merupakan alasan ia tidak bahagia, namun
ia bahagia..

Bahagia atau tidaknya hidupmu bukan ditentukan oleh seberapa kaya dirimu, seberapa
cantik istrimu, atau sesukses apa hidupmu. Ini masalah pilihan: apakah kamu
memilih untuk bahagia atau tidak.


.

No comments:

Post a Comment