Beberapa waktu yang lalu saya memberikan pelatihan mengenai sikap kerja disebuah hotel berbintang lima di Singapura. Salah satu peserta pelatihan adalah Pak Lim, seorang pria berusia 60 tahunan yang bekerja di hotel tersebut. Bagi saya pekerjaan sehari-hari Pak Lim sangatlah monoton dan membosankan. Setiap hari, dengan membawa sebuah daftar, dia mengecek engsel pintu setiap kamar hotel. | ||||||||
------------------------------------- http://ins-story.blogspot.com | ||||||||
Popular Post
-
Orang yang bekerja sampai larut malam dikantor, bukanlah pekerja keras. Melainkan orang yang bodoh yang tidak tahu cara me-manage pe...
-
Seorang ayah ingin mendidik anaknya yang pemarah. Ia memberi anaknya 1 buah palu dan cukup banyak paku serta mengatakan kepada anaknya ...
29 May 2009
Makna Pekerjaan Anda
26 May 2009
Pencuri Kue
Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada
beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia
membeli buku dan sekantong kue di toko bandara lalu menemukan tempat
duduk di sebelah lelaki. Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang
baru saja dibelinya.
Dalam keasyikannya tersebut ia melihat
lelaki di sebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari
kue yang berada diantara mereka. Wanita tersebut mencoba mengabaikan
agar tidak terjadi keributan.
Ia membaca, mengunyah kue dan
melihat jam. Sementara si Pencuri Kue yang pemberani itu mulai
menghabiskan kue-kuenya. Ia semakin kesal sementara menit-menit
berlalu. Wanita itupun sempat berpikir Kalau aku bukan orang baik,
sudah kutonjok dia! Setiap ia mengambil satu kue, si Lelaki juga mengambil satu.
Ketika
hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan
lelaki itu. Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, si lelaki
mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan separo
miliknya, sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut
kue itu dan berpikir, Ya ampun orang ini berani sekali, dan ia juga
kasar, malah ia tidak kelihatan berterima kasih. Belum pernah rasanya
ia begitu kesal.
Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan. Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang.
Menolak untuk menoleh pada si "Pencuri tak tahu terima kasih!" Ia naik
pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir
selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas dengan
kaget.
Disitu ada kantong kuenya, di depan matanya. Koq milikku ada di sini erangnya dengan patah hati,
Jadi kue tadi adalah miliknya dan ia mencoba berbagi. Terlambat untuk
minta maaf, ia tersandar sedih.
Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar,
tak tahu terima kasih dan dialah pencuri kue itu.
--------------------------------------
24 May 2009
Point of View
Beberapa tahun yang silam,seorang pemuda terpelajar dari semarang sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta . Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur. Si Pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.
" Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?" tanya si Pemuda.
" Oh... Saya mau ke Jakarta terus "connecting flight" ke Singapore nengokin anak saya yang ke dua" jawab ibu itu.
" Wouw..... hebat sekali putra ibu" pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.
" Kalau saya tidak salah ,anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua ya bu?? Bagaimana dengan kakak-adik adik nya??
" Oh ya tentu " si Ibu bercerita :"Anak saya yang kedua seorang dokter di Malang , yang ketiga Kerja di Perkebunan di Lampung, yang keempat menjadi arsitek di Jakarta, yang kelima menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, yang ke enam menjadi Dosen di Semarang."
" Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke enam.
" terus bagaimana dengan anak pertama ibu ??"
Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, " anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak". Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar nak"
Pemuda itu segera menyahut, "Maaf ya Bu..... kalau ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani "??
Do you want to know the answer ?? ...
Dengan tersenyum ibu itu menjawab, Ooo ...tidak tidak begitu nak....
Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani"
Today's lesson :
Everybody in the world is an important person.
Open your eyes. ...your heart....your mind....your point of view
because we cant make summary before read "the book "completely.
The wise person says...The more important thing is not WHO YOU ARE But WHAT YOU HAVE BEEN DOING
--------------------------------------
http://ins-story.blogspot.com
22 May 2009
Prinsip 90/10
Bagaimana prinsip 90/10 itu ?
- 10% dari hidup anda terjadi karena apa yang langsung anda alami.
- 90% dari hidup anda ditentukan dari cara anda bereaksi.
Apa maksudnya ?
Anda tidak dapat mengendalikan 10% dari kondisi yang terjadi pada diri
anda.
Contohnya :
Anda tidak dapat menghindar dari kemacetan. Pesawat terlambat datang dan
hal ini akan membuang seluruh schedule anda. Kemacetan telah menghambat
seluruh rencana anda. Anda tidak dapat mengontrol kondisi 10% ini.
Tetapi beda dengan 90% lainnya. Anda dapat
mengontrol yang 90% ini.
Bagaimana caranya ? Dari cara reaksi anda !! Anda tidak dapat mengontrol
lampu merah, tetapi anda dapat mengontrol reaksi anda.
Marilah kita lihat contoh dibawah ini :
Kondisi 1
Anda makan pagi dengan keluarga anda. Anak anda secara tidak sengaja
menyenggol cangkir kopi minuman anda sehingga pakaian kerja anda tersiram
kotor. Anda tidak dapat mengendalikan apa yang baru saja terjadi.
Reaksi anda :
Anda bentak anak anda karena telah menjatuhkan kopi ke pakaian anda. Anak
anda akhirnya menangis. Setelah membentak, anda menoleh ke istri
anda dan mengkritik karena telah menaruh cangkir pada posisi terlalu
pinggir diujung meja. Akhirnya terjadi pertengkaran mulut. Anda lari
ke kamar dan cepat-cepat ganti baju. Kembali ke ruang makan, anak anda
masih menangis sambil
menghabiskan makan paginya. Akhirnya anak anda ketinggalan bis. Istri anda
harus secepatnya pergi kerja. Anda buru-buru ke mobil dan mengantar anak
anda ke sekolah. Karena anda telat, anda laju mobil dengan kecepatan 70
km/jam padahal batas kecepatan hanya boleh 60 km/jam. Setelah terlambat
15 menit dan terpaksa mengeluarkan kocek Rp 600.000,- karena melanggar
lalu lintas, akhirnya anda sampai di sekolah. Anak anda secepatnya keluar
dari mobil tanpa pamit..
Setelah tiba di kantor dimana anda telat 20
menit, anda baru ingat kalau tas anda tertinggal di rumah. Hari kerja anda
dimulai dengan situasi buruk. Jika diteruskan maka akan semakin buruk.
Pikiran anda terganggu karena kondisi di rumah.
Pada saat tiba di rumah, anda menjumpai beberapa gangguan hubungan dengan
istri dan anak anda.
Mengapa ? Karena cara anda bereaksi pada pagi hari.
Mengapa anda mengalami hari yang buruk ?*
1. Apakah penyebabnya karena kejatuhan kopi ?
2. Apakah penyebabnya karena anak anda ?
3. Apakah penyebabnya karena polisi lalu lintas ?
4. Apakah anda penyebabnya ?
Jawabannya adalah No. 4 yaitu penyebabnya adalah anda sendiri !!
Anda tidak dapat mengendalikan diri setelah apa yang terjadi pada cangkir
kopi. Cara anda bereaksi dalam 5 detik tersebut ternyata adalah penyebab
hari buruk anda.
Berikut adalah contoh yang sebaiknya atau seharusnya anda sikapi.
Kondisi 2
Cairan kopi menyiram baju anda. Begitu anak anda akan menangis, anda berkata
lembut : "Tidak apa-apa sayang, lain kali hati-hati ya." Anda
ambil handuk kecil dan lari ke kamar. Setelah mengganti pakaian dan mengambil
tas, secepatnya anda menuju jendela ruang depan dan melihat anak anda sedang
naik bis sambil melambaikan tangan ke anda. Anda kemudian mengecup lembut
pipi istri anda dan mengatakan : "Sampai jumpa makan malam nanti."
Anda datang ke kantor 5 menit lebih cepat
dan dengan muka cerah menegur staff anda. Bos anda mengomentari semangat
dan kecerahan hari anda di kantor. Apakah anda melihat perbedaan kedua
kondisi tersebut ?
2 (dua) skenario berbeda, dimulai dengan kondisi yang sama, diakhiri dengan
kondisi berbeda.
Mengapa ?
Ternyata penyebabnya adalah dari cara anda bereaksi !
Anda tidak dapat mengendalikan 10% dari yang sudah terjadi. Tetapi yang
90% tergantung dari reaksi anda sendiri.
Ini adalah cara untuk menerapkan prinsip 90/10. Jika ada orang yang mengatakan
hal buruk tentang anda, jangan cepat terpancing. Biarkan serangan tersebut
mengalir seperti air di gelas. Anda jangan membiarkan komentar buruk tersebut
mempengaruhi anda. Jika beraksi seadanya atau salah reaksi maka akan menyebabkan
anda:
kehilangan teman, dipecat, stress dan lain-lain yang merugikan.
Bagaimana reaksi anda jika mobil anda mengalami kemacetan dan terlambat
masuk kantor ? Apakah anda akan marah ? Memukul stir mobil ? Memaki-maki
? Apakah tekanan darah anda akan naik cepat ? Siapa yang peduli jika
anda datang telat 10 detik ? Kenapa anda biarkan kondisi tersebut merusak
hari anda ?
Cobalah ingat prinsip 90/10 dan jangan khawatir,
masalah anda akan cepat terselesaikan.
Contoh lain :
- Anda dipecat.
Mengapa anda sampai tidak bisa tidur dan khawatir ?
Suatu waktu akan ada jalan keluar. Gunakan energi dan waktu yang hilang
karena kekhawatiran tersebut untuk mencari pekerjaan yang lain.
- Pesawat terlambat.
Kondisi ini merusak seluruh schedule anda. Kenapa anda marah-marah kepada
petugas tiket di bandara ? Mereka tidak dapat mengendalikan terhadap apa
yang terjadi. Kenapa harus stress ? Kondisi ini justru akan memperburuk
kondisi anda. Gunakan waktu anda untuk mempelajari situasi, membaca buku
yang anda bawa, atau mengenali penumpang lain.
Sekarang anda sudah tahu prinsip 90/10. Gunakanlah dalam aktivitas harian
anda dan anda akan kagum atas hasilnya. Tidak ada yang hilang dan hasilnya
sangat menakjubkan.
Sudah berjuta-juta orang menderita akibat stress, masalah berat, cobaan
hidup dan sakit hati yang sebenarnya hal ini dapat diatasi jika kita mengerti
cara menggunakan prinsip 90/10.
NIKMATILAH HIDUP INI !!
--------------------------------------
21 May 2009
Renungan Untuk Yang Sibuk Berkarir
Renungan yg sangat menarik yg kalau dirangkum dalam satu kalimat menjadi :
We must not be so busy making a living that we forget to make a life.
Seperti biasa Rudi, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.
"Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Imron menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa?"
"Lho, tumben, kok nanya gaji Papa? Mau minta uang lagi, ya?"
"Ah, enggak. Pengen tahu aja."
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan minggu libur, kadang sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo?"
Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya. "Kalau satu hari Papa dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp 40.000,- dong," katanya.
"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok,"perintah Rudi. Tetapi Imron tak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian, Imron kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp.5.000,- nggak?"
"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah. "Tapi Papa..."
Kesabaran Rudi habis. "Papa bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun berbalik menuju, kamarnya.
Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, "Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Imron". Buat apa sih minta
uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok'kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih."
"Papa, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini.
"Iya, iya, tapi buat apa?" tanya Rudi lembut.
"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit saja, mama sering bilang kalau waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam aku harus ganti Rp 20.000,-.
Duit tabunganku kurang Rp 5.000,- . Makanya aku mau pinjam dari Papa," kata Imron polos.
Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.
------------------------------------
http://ins-story.blogspot.com